Wasiat Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani Tentang Empat Hal yang Merusak Agama

- 22.24

Wasiat Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani Tentang Empat Hal yang Merusak Agama

 
Sehubungan yang dengannya adanya Aksi Bela Islam yang di lakukan oleh sebagian umat islam menjdai respon atas dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahya Purnama atau juga Ahok, saya jadi teringat yang dengannya wasiat Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani mengenai 4 hal yang bisa merusak agama seseorang. Beliau pernah mewasiatkan perihal beberapa indikasi yang akan merusak agama seseorang, dalam hal ini beliau mengatakan:
"Agama anda bisa hancur serta lenyap penyebabnya yaitu oleh 4 hal, yakni:
  1. Kamu tak mau beramal terhadap sesuatu yang sudah anda ketahui.
  2. Kamu melakukan sesuatu pekerjaan yang dengannya dasar yang tak anda ketahui.
  3. Kamu tak mau belajar terhadap sesuatu yang tak anda ketahui, malah anda membiarkan dirimu kekal dalam kebodohan.
  4. Kamu memperhalang orang lain bagi atau bisa juga dikatakan untuk belajar sesuatu yang tak orang-orang ketahui." (Wejangan Syech Abdul Qodir Al-Jaelani)


Agama islam selain mempunyai sisi teoritis, akan tetapi lebih tidak sedikit sisi praktisnya, ada ilmu serta amal. Antara ilmu serta amal itu tak mampu dijauhkan. Seperti yang Suka kita dengar, ilmu yang tak diamalkan itu bagaikan pohon yang tak berbuah. Begitu juga amal yang tak didasari ilmu, bagaikan membangun rumah di atas pondasi yang Amat rapuh. Ilmu ataupun pengetahuan adalah prasyarat bernilainya sebuah amal. Makanya, ilmu serta amal Perlu berjalan beriringan, ibarat dua sisi mata uang yang tak mampu dijauhkan satu percis lain. Bila di antaranya hilang, maka yang satu tak akan ada nilainya. Baca pun 7 Golongan yang Akan Dinaungi Allah di Hari Kiamat
Di zaman akhr ini sulit menemukan orang yang benar-benar mengamalkan ilmunya. Kebanyakan cuma gemar menumpuk-numpuk pengetahuan hingga seolah otaknya penuh yang dengannya teori-teori. Pandai berbicara serta ber-retorika yang dengannya nada tinggi berapi-api, akan tetapi tak mampu menyentuh hati pendengarnya serta mendorongnya bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan kebaikan dan mencegahnya berbuat kemaksiatan.
Fenomena semisal itu bisa yang dengannya gampang kita temukan dalam setiap sisi ke hidup-an di era modern ini. Kita bisa menemukannya dalam komunitas masyarakat yang awam, malah dalam lingkup institusi yang menjadi tempat kajian ilmu pengetahuan semisal kampus serta sekolah. Kita bisa melihat bagaimana perilaku dari mayoritas mahasiswa era ini. Sebagai kita-kita yang lazim dipandang menjdai intelektual, budaya santai, hedonis, serta materialistis telah sedemikian akut mendominasi pola pikir serta perilakunya. Simak pun Cara Efektif Menghilangkan Kebiasaan Buruk Menurut Ajaran Islam
Banyak mahasiswa yang menguasai ilmu-ilmu agama akan tetapi cuma dipakai menjdai bahan perdebatan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menjatuhkan lawan serta kawannya. Banyak juga orang yang melakukan perbuatan tanpa dasar ilmu yang terperinci, cuma mendasarkan perbuatannya pada pemikiran akalnya sendiri. Banyak orang yang ragu atas perbuatannya serta tak mau belajar serta berusaha memperoleh keyakinan dalam hatinya. Terjadinya fenomena-fenomena semisal di atas di antaranya penyebabnya yaitu minimnya "kesadaran" dalam diri bahwasanya ilmu itu dipelajari cuma bagi atau bisa juga dikatakan untuk diamalkan, sebelum berbuat Perlu mempunyai ilmu serta dasar yang terperinci menjdai panduannya. Nilai kesadaran semisal ini memanglah sangatlah tidak murah.
Ada pun orang yang percis sekali tak mempunyai "ghirah" keilmuan. Seperti percis sekali tak bernafsu yang dengannya ilmu (lebih-lebih ilmu-ilmu agama). Padahal badannya masih sehat, akalnya sehat, ada biaya, serta peluang pun masih terbuka. Namun, hari-harinya bahkan dihabiskan bagi atau bisa juga dikatakan untuk sekedar bersantai serta bersenang senang, ataupun cuma sibuk mencari uang. Hidupnya dihabiskan bagi atau bisa juga dikatakan untuk orientasi keduniaan yang sifatnya cuma sementara, tanpa mempersiapkan bekal bagi atau bisa juga dikatakan untuk ke hidup-an abadinya di akhirat kelak. Dari sinilah lantas muncul orang-orang yang lantas tidak sedikit berbicara tanpa tanpa mempunyai pengetahuan mengenai apa yang dibicarakan. Banyak bermunculan orang-orang yang berkomentar terhadap suatu masalah yang bukan dalam bidang keahliannya. Banyak umat islam yang gampang terprovokasi pihak-pihak berkepentingan bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat merusak diri serta citra agamanya sendiri. Secara tak sadar, sebetulnya orang-orang sudah merusak agama orang-orang sendiri.
Gus Mus pernah dawuh, "Agama itu ibarat pedang bermata dua". Mengapa agama diibaratkan pedang pendapat dari pengarang kitab yang telah di sebutkan? Apa maksudnya? Sebuah pedang, agar bisa berfungsi yang dengannya baik sesuai yang dengannya tujuan pembuatannya, mensyaratkan orang yang ahli dalam mempergunakan ataupun memainkan pedang yang telah di sebutkan. Apabila sebuah pedang ada di tangan orang yang tak tau cara mempergunakannya, maka mampu menjadi bumerang yang bahkan akan melukai dirinya sendiri, malah orang lain.
Begitu juga yang dengannya agama (islam), disaat agama dipegang oleh orang yang tak benar-benar memahami esensinya secara mendalam, maka agama yang telah di sebutkan tak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Agama akan dicampuradukkan yang dengannya sesuatu di luar agama (politik, uang, kepentingan pribadi, dll.), malah mampu jadi sesuatu itu Amat bertentangan yang dengannya esensi serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Baca pun Belajar Toleransi dari Quraish Shihab, Tiada Paksaan dalam Beragama
Saat ini, kita bisa menyaksikan betapa tidak sedikit orang yang menjadikan agama menjdai tunggangan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memuaskan kepentingan-kepentingan hawa nafsunya. Agama dijadikan alat mobilisasi massa bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencapai maupun meraih kedudukan. Pun juga, atas nama membela agama, aneka macam tindak kekerasan yang jelas-jelas bertentangan yang dengannya nilai-nilai kerahmatanlilalaminannya dihalalkan. Padahal secara tak disadari, orang-orang sudah merusak diri orang-orang sendiri.
Agama islam bagaikan penunjuk arah bagi orang yang tersesat di tengah padang pasir yang luas. Agama merupakan pelita bagi orang-orang yang tidak mampu melihat di tengah kegelapan malam. Oleh karenanya, setiap orang yang beragama Perlu benar-benar mengkaji serta memahami esensi agamanya yang dengannya Amat mendalam serta komprehensif agar tak tersesat. Semakin dalam serta luas ilmu serta pemahaman seseorang perihal agama, maka dia tak akan gampang menuduh salah orang lain ataupun berprasangka tidak baik atas sebuah permasalahan. Ahmad Mujib Jumat, 18 November 2016 Keislaman

Source Article and Picture : http://wikipendidikan.blogspot.com/2016/11/wasiat-syekh-abdul-qodir-jaelani-empat-hal-perusak-agama.html

Seputar Wasiat Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani Tentang Empat Hal yang Merusak Agama

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Wasiat Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani Tentang Empat Hal yang Merusak Agama