Cara dan Keutamaan Mengamalkan Ilmu

- 23.25

Cara dan Keutamaan Mengamalkan Ilmu

 
Terkadang, kita terasa takut bagi atau bisa juga dikatakan untuk belajar lantaran alasan kelak kalau kita belajar maka akhirnya kita menjadi tau dan takut tak mampu mengamalkan ilmu yng kita pelajari yang telah di sebutkan. Sebab, dalam Islam, memanglah ada hadits yng mengancam orang yng berilmu namun tak mengamalkan ilmunya kelak akan disiksa di neraka sebelum para penyembah berhala.
Oleh lantaran itu. terkadang kita punya anggapan bahwasanya lebih baik tak usah belajar, lebih baik bodoh, daripada belajar dan tau tidak sedikit ilmu, namun andai tak mampu mengamalkan lalu disiksa. Seolah-olah anggapan semisal ini memanglah benar, akan tetapi tak sepenuhnya benar.
Perlu kita ketahui, yng dimaksud yang dengannya orang yng tak mengamalkan ilmu merupakan orang yng memanglah niat awal dia belajar dan mencari ilmu bukan bagi atau bisa juga dikatakan untuk diamalkan. Misalnya niat belajar cuma bagi atau bisa juga dikatakan untuk dipamerkan, menyombongkan diri, bagi atau bisa juga dikatakan untuk menipu orang lain, dan niat-niat tidak baik lain-lainnya. Kalau memanglah niatnya semisal itu, orang-orang diancam akan disiksa di neraka.

Pengamalan ilmu itu ada dua jenis, yakni: Pertama, secara praktis/praktek perbuatan. Kedua, yang dengannya diajarkan.
Kalau ada orang yng punya ilmu dan telah mau mengajarkan ilmunya yang telah di sebutkan kepada orang lain, takan namun dia sendiri belum mampu mengaplikasikan ilmu yang telah di sebutkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk dirinya sendiri, bukan lantaran tak mau, namun mungkin masih penyakit malas ataupun lantaran godaan setan menjadikan dia belum mampu mengamalkannya. Orang yang telah di sebutkan telah mampu dikatakan menjdai orang yng mengamalkan "sebagian" ilmunya dan mendapatkan pahala. Harapannya, kalau orang yng dia ajari tadi telah mampu mempraktekkan ilmu yng dia ajarkan, hal itu akan menjadi cambuk baginya bagi atau bisa juga dikatakan untuk berusaha keras mengamalkannya.
Sebagai semisal, misalnya kita tau ilmunya Shalat Tahajjud, lantas ada orang yng bertanya kepada kita wacana ilmunya Shalat Tahajjud, apakah bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengajarkannya kita Perlu menunggu hingga kita mampu mempraktekkannya berlebi dahulu? Tentu tak bukan.
Kuncinya ada pada niat. Berniat bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengamalkan apa yng belum mampu diamalkan sewaktu ada peluang. Sebab dalam sebuah hadis disebutkan: “Seseorang akan memperoleh pahala sesuai niatnya.” (HR. Bukhari, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)
Berapa tidak sedikit kita-kita yng tak mampu mengamalkan sesuatu namun mendapatkan pahala besar lantaran niatnya. Dan berapa tidak sedikit kita-kita yng kehilangan pahala besar lantaran kebodohan dan kelalaiannya, menjadikan ia tak mempunyai niatan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengamalkannya. Sesungguhnya ilmu merupakan sumber segala kebaikan dan kebodohan merupakan pangkal segala kejahatan di dunia dan akhirat.
Belajar dan mencari ilmu merupakan tugas kewajiban yng Perlu dijalani setiap kita-kita sejak dari buaian hingga ke liang lahat. Segala sesuatu yng kita capai dalam hidup ini, berawal dari sebuah proses pembelajaran. Ilmu yng kita pelajari akan membuka pintu-pintu kesuksesan kita. Janganlah terlalu memaksakan diri dan tergesa-gesa mendobrak pintu yang telah di sebutkan, namun kita Perlu membukanya yang dengannya penuh kesabaran.
Orang-orang berilmu hidupnya memberikan manfaat dan dibutuhkan oleh tidak sedikit orang di mana saja dia berada. Terutama di zaman akhir semisal ini, yng paling dibutuhkan merupakan orang-orang baik yng berilmu, di mana orang-orang bisa mentranformasikan ilmu orang-orang bagi tidak sedikit orang. Allah mengangkat derajat orang-orang yng berilmu. Inilah satu dari sekian banyaknya cara kita mengamalkan ilmu, yaitu bersedekah yang dengannya mengajarkan ilmu kepada orang lain.
Usia muda yng kita punyai era ini merupakan masa yng paling efektif bagi atau bisa juga dikatakan untuk belajar yang dengannya penuh semangat. Jangan hingga usia muda kita terbuang sia-sia oleh hal-hal yng tidak lebih memberikan manfaat yng menjadikan kita malas bagi atau bisa juga dikatakan untuk belajar. Imam Syafi'i dalam Diwan As-Syafi'i berpesan: "Pergilah, kau akan mendapatkan pengganti dari yang kau tinggalkan. Bersungguh-sungguhlah, sebab nikmat hidup ada pada kesungguhan." Pesan bijak ini mengisyaratkan kepada kita bagi atau bisa juga dikatakan untuk pergi merantau guna mencari ilmu. Kita akan mendapatkan rubah yng lebih besar yang dengannya meninggalkan zona nyaman kita. Dengan satu syarat, kita Perlu istiqomah dan bersungguh-sungguh.
Mungkin belajar di usia muda memanglah terasa begitu amat berat, mengingat di usia ini dia kita Amat rentan di kenai godaan dan rintangan. Namun bila kita mampu menahan diri dari godaan-godaan yang telah di sebutkan, maka kelak di usia dewasa, kita akan menyadari dan Amat bersyukur lantaran sudah belajar yang dengannya keras di usia muda. Di usia hidup kita yng cuma sebentar ini, amatlah rugi kalau kita cuma enak-enakan di rumah tanpa mau berusaha keluar mencari ilmu dan pengalaman. Senada yang dengannya apa yng diungkapkan oleh Dale Carnegie: "Jika anda ingin menaklukkan rasa takut, jangan berpangku tangan di dalam rumah dan diam di depannya. Pergilah keluar, temui banyak orang, dan buatlah diri anda sibuk."
Kita Perlu menyadari bahwasanya tiada kata henti menuntut ilmu. Bahkan Rasulullah pun sehari-hari berdoa agar senantiasa ditambah ilmunya oleh Allah. Salah satu yng menjadikan ilmu kita bertambah adalah mengajarkannya kepada orang lain. Semakin tidak sedikit kita membagikan ilmu, maka makin bertambah juga ilmu itu. Dan bila kita tak pernah membagikannya kepada orang lain, mampu jadi ia akan menghilang yang dengannya sekejap mata bersamaan yang dengannya datangnya ajal yng menjemput kita.
Orang-orang yng berilmu mempunyai derajat yng Amat istimewa di sisi Allah baik di dunia maupun di akhiratnya. Sekedar memandang wajahnya yang dengannya rasa senang ataupun duduk bersamanya saja kita telah memperoleh pahala dan keutamaan. Sayid 'Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur mengatakan bahwasanya Abu Laits ra mengatakan:
Barang siapa duduk bersama seorang yng berilmu meskipun tak bisa memahami tidak banyak pun ilmu yng disampaikan, maka dia sudah mendapatkan tujuh kemuliaan:
  • Dia akan mendapatkan banyak sekali keutamaan yng diperoleh oleh para penuntut ilmu.
  • Selama dalam majelis itu dia terhindar dari banyak sekali dosa.
  • Ketika keluar dari rumah menuju majelis ilmu dia mendapatkan rahmat.
  • Ketika orang-orang yng berada dalam majelis yang telah di sebutkan mendapatkan rahmat, maka dia pun menerimanya.
  • Dia dicatat sedang melakukan ketaatan selama mendengarkan pengajian yang telah di sebutkan.
  • Jika hatinya terasa sedih lantaran sulit memahami apa yng disampaikan, maka kesedihannya ini menjadi perantara baginya bagi atau bisa juga dikatakan untuk dekat yang dengannya Allah Ta’ala.
  • Dia akan melihat kemuliaan orang yng berilmu dan kerendahan orang yng fasik. Hatinya akan membenci kefasikan dan menyukai ilmu.
Sungguh amat jauh perbedaan antara orang yng berilmu yang dengannya orang yng bodoh. Orang yng benar-benar berilmu umumnya bahkan tak terasa kalau ia berilmu. Karena ia tak lagi butuh klaim ataupun reputasi. Ilmu yng terpancar dalam perilaku hidupnya sehari-hari sudah cukup bagi atau bisa juga dikatakan untuk menunjukan bahwasanya ia merupakan orang yng berilmu. Ahmad Mujib Jumat, 04 November 2016 Pendidikan

Source Article and Picture : http://wikipendidikan.blogspot.com/2016/11/cara-dan-keutamaan-mengamalkan-ilmu.html

Seputar Cara dan Keutamaan Mengamalkan Ilmu

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Cara dan Keutamaan Mengamalkan Ilmu