Nilai Ibadah dalam Aktifitas Menulis

- 00.00

Nilai Ibadah dalam Aktifitas Menulis

 
Allah menyediakan lahan yng Amat luas bagi kita bagi atau bisa juga dikatakan untuk menanam benih-benih pahala. Jangan hingga kita mempersempit luasnya rahmat Allah swt. yang dengannya pola pikir konservatif yng kita buat sendiri. Termasuk yng berkaitan yang dengannya dunia tulis menulis. Jangan hingga kita mempunyai anggapan bahwasanya menulis hanyalah aktivitas duniawi semata serta tak ada kaitannya yang dengannya akhirat. Apabila masih ada yng beranggapan semisal itu, mungkin ia butuh pencerahan spiritual. Menulis adalah keterampilan yng Perlu kita tradisikan di lembaga-lembaga pendidikan di segala jenjang. Baik pendidikan dasar, menengah, apalagi di pendidikan tinggi.
Selain bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyalurkan hobi, menulis pun mampu berharga ibadah. Tentu saja syarat serta ketentuan berlaku. Kenapa begitu? Ya, lantaran tak seluruh menulis berharga ibadah, selalu ada pengecualiannya. Apabila yng kita tulis merupakan sesuatu yng baik, memberikan manfaat, serta tak merugikan pihak manapun, bukankah itu seluruh berharga ibadah? Sama-sama menulis, mengapa Perlu menulis sesuatu yng merugikan orang lain? Tentunya kita sendiri pun rugi, rugi waktu, tenaga, pikiran, malah materi.
“Menulis sebagai ibadah” merupakan jargon yng pantas kita jadikan acuan agar kita menjadi semangat menulis. Hal ini sekalian bagi atau bisa juga dikatakan untuk merubah pola pikir sebagian dari kita yng masih beranggapan bahwasanya ibadah itu selalu berasosiasi yang dengannya praktek-praktek ritual semisal shalat, haji, dan juga lain-lainya. Padahal, segala seuatu itu bergantung pada niatnya, salah satunya menulis. Kalau kita niat menulis bagi atau bisa juga dikatakan untuk tujuan-tujuan yng baik semisal membagikan ilmu, memberikan motivasi, menunjukkan solusi atas sebuah permasalahan, serta memberikan ide-ide baru yng inspiratif bagi orang lain, maka aktivitas menulis kita telah berharga ibadah.

Oleh lantaran itu, Amat rugi kalau kamu menjdai seorang muslim/muslimah yng masih berstatus pelajar serta mahasiswa tak mengasah kemampuan dalam menulis. Anda kehilangan kehilangan sesuatu yng Amat bernilai, karena kemampuan menulis bukanlah kemampuan alamiah kita-kita semisal simak serta mendengar, menulis cuma mampu dicapai melalui belajar serta latihan-latihan secara konsisten disertai yang dengannya penguasaan konsep-konsep tertentu. Inilah kenapa tak seluruh orang mampu menulis yang dengannya baik. Namun, tak ada kata terlambat bagi atau bisa juga dikatakan untuk belajar menulis.
Dengan berlandaskan pola pikir bahwasanya menulis menjdai ibadah, maka sebaiknya kita berusaha bagi atau bisa juga dikatakan untuk selalu menanamkan nilai-nilai positif ke dalam tulisan-tulisan yng kita buat. Setidaknya, goresan pena kita meninggalkan kesan positif dalam hati serta pikiran pembaca. Akan lebih baik lagi andai goresan pena kita mempunyai daya hegemoni yng kuat kepada pembaca menjadikan mampu merekostruksi cara berpikir, bersikap, serta berperilaku pembaca menuju ke arah yng lebih baik.
Menulis pun adalah satu dari sekian banyaknya metode dakwah yng Amat efektif. Berdakwah tak selalu yang dengannya ceramah ataupun khutbah yang dengannya mengumandangkan dalil-dalil serta ayat-ayat Al-Quran yang dengannya bunyi yng mendayu-dayu. Dakwah bukan cuma milik para da’i serta ustadz yng mempunyai kemampuan hegemoni massa serta keindahan retorika. Dakwah tak cuma yang dengannya ucapan, akan tetapi pun goresan pena. Para penulis pun salah satunya juru dakwah yng merangkai kata demi kata menjadi kalimat-kalimat indah penuh makna. Mereka mempergunakan goresan pena menjdai sarana bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyebarluaskan lautan ilmu Tuhan kepada seluruh umat kita-kita di mana saja berada.
Zaman keemasan islam beberapa abad yng lalu, sudah melahirkan para penulis yng hingga era ini kita masih mengkaji serta mengambil kemanfaatan ilmu yng orang-orang tuliskan dalam ratusan kitab yng telah diterjemahkan ke dalam aneka macam bahasa di dunia. Kita bisa melihat bagaimana Imam Ghazali yang dengannya penuh perjuangan menulis puluhan kitab demi jalan dakwah demi mengagungkan kalimat Allah. Bahkan dalam sebuah kisah disebutkan bahwasanya Imam Al-Ghazali diampuni seluruh dosa-dosanya serta mencapai maupun meraih kenikmatan surga lantaran membiarkan seekor lalat meminum tinta pena yng beliau genakan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menulis. Begitu juga yang dengannya Imam Syafi’i yang dengannya kitab beliau Ar-risalah pun Al-Umm. Imam Bukhari serta Imam Muslim yang dengannya kitab hadits shahih orang-orang. Imam Nawawi yang dengannya kitab Riyadhus Shalihinnya, serta masih tidak sedikit lagi para penulis besar islam yng karyanya hingga detik ini dibaca serta dipelajari seluruh umat islam di dunia. Karya tulis orang-orang seakan tidak lekang oleh waktu.
Melihat produktifitas beliau-beliau di atas, tentunya semangat kita bagi atau bisa juga dikatakan untuk menulis yang dengannya tujuan dakwah islam makin membara. Bisa kita hayalkan betapa gigihnya bisnis orang-orang bagi atau bisa juga dikatakan untuk menulis sampai-sampai menghasilkan berjilid-jilid kitab. Padahal kita tahu bahwasanya dulu belum ada PC ataupun laptop semisal saat ini. Belum ada penerbit yng siap memberikan “fee” atas goresan pena yng dibuat. Mereka menulis semata-mata bagi atau bisa juga dikatakan untuk kebaikan umat serta para generasi penerus sampai-sampai hari kiamat. Tak ayal andai kegigihan serta keikhlasan membuat karya orang-orang kekal sepanjang masa.
Menulis itu adalah satu dari sekian banyaknya cara kita bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengukir kebaikan yng kekal lewat goresan pena. Apabila kita menulis sesuatu yng baik, maka selama goresan pena itu ada serta memberikan manfaat bagi atau bisa juga dikatakan untuk dibaca tidak sedikit orang, maka insyaallah meskipun kita sudah tiada, pahala dari kebermanfaatan goresan pena kita terhadap orang lain akan terus mengalir kepada kita. Siapa tau melalui hal itu Allah mengampuni segala dosa-dosa kita selama hidup di dunia.
Jika kita memanglah dititipi ilmu serta wawasan yng luas dan kemampuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengungkapkannya ke dalam bahas goresan pena, maka telah seharusnya aktifitas menulis di lakukan menjdai satu dari sekian banyaknya bentuk mengamalkan ataupun memberikan manfaat dari ilmunya kepada orang lain. Mengukir kebaikan melalui goresan pena mampu menjadi investasi pahala yng kekal andai memanglah dilandasi yang dengannya niat bagi atau bisa juga dikatakan untuk kebaikan. Ahmad Mujib Rabu, 24 Februari 2016 Literasi

Source Article and Picture : http://wikipendidikan.blogspot.com/2016/02/nilai-ibadah-dalam-aktifitas-menulis.html

Seputar Nilai Ibadah dalam Aktifitas Menulis

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Nilai Ibadah dalam Aktifitas Menulis