Guru Honorer Sejahtera, Sebatas Mimpikah?

- 00.33

Guru Honorer Sejahtera, Sebatas Mimpikah?

 
Persoalan kesejahteraan dalam hal finansial masih menjadi problematika di kalangan guru honorer di negeri ini. Kata “sejahtera” ibaratkan keris sakti yng diimpikan oleh orang-orang. Apakah bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperoleh label sejahtera itu memanglah sebatas mimpi bagi orang-orang, para guru honorer itu? sampai-sampai Perlu berdemo demi sebuah status PNS yng diyakini menjdai simbol kesejahteraan para guru?
Dari masa ke masa, masih tidak sedikit guru di negeri ini yng secara finansial Amat jauh dari kata sejahtera, lebih-lebih orang-orang para guru honorer. Bagi yng telah berkeluarga, orang-orang seluruh Perlu bersabar serta benar-benar lapang dada dalam mengajar. Sebab di lain sisi, orang-orang pun punya kewajiban bagi atau bisa juga dikatakan untuk menafkahi serta mensejahterakan keluarga serta anak-anaknya. Bahkan sebagian nyambi bisnis kecil-kecilan demi mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Soal jadi PNS, sepertinya itu mimpi yng meski memungkinkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk dicapai, namun pada kenyataannya Amat sulit mencapainya. Untuk memperoleh status PNS, orang-orang butuh waktu lama sekali, paling tak 10 tahun. Padahal, sebetulnya pendidikan bangsa ini Amat butuh guru-guru teladan yng tak cuma mengajar, namun pun mendidik yang dengannya penuh cinta, keikhlasan, serta semangat demi generasi penerus bangsa agar kelak orang-orang mampu membawa perubahan ke arah yng lebih baik.
guru honorer sejahtera demo status pns gaji tunjangan sertifikasi
Problematika terkait kesejahteraan guru honorer seakan tidak pernah habis dibicarakan. Baik masyarakat ataupun para guru honorer itu sendiri, mempunyai opini yng bermacam-macam. Sebagian guru honorer berpendapat bahwasanya orang-orang tak butuh di angkat ataupun meminta dianggkat jadi PNS. Yang penting pemerintah mencoba mensejahterahkan ke hidup-an orang-orang yang dengannya gaji yng setimpal yang dengannya kebutuhannya. Di satu sisi, orang-orang menjdai honorer mengabdi yang dengannya lapang dada bagi atau bisa juga dikatakan untuk negeri ini. Namun di sisi lain, tidak bisa disangkal juga bahwasanya kesejahteraan itu sangt dibutuhkan, lantaran minimal hidup itu pun butuh makan.
Ada pun yng nyindir yang dengannya kata-kata bijak semisal ini: "Amalan yang melunturkan pahala mengajar adalah hilangnya rasa ikhlas dalam mengajar karena tujuan utamanya bukan "Mengajar", tapi "Mengejar" (mengejar PNS misalnya). Memang ada, malah tidak sedikit benarnya. Banyak guru honorer yng sudah berbelok orientasinya dalam mengajar. Padahal, kesempatan bagi atau bisa juga dikatakan untuk guru menjadi PNS itu Amat kecil sekali.
Terkait soal tunjangan, entah apa alasannya, pemerintah membedakan besaran tunjangan profesi guru PNS serta guru non-PNS. Padahal kita seluruh tahu bagaimana keadaan "material bulanan" antara guru PNS serta non PNS. Tapi, kenapa pemerintah memberikan tunjangan profesi guru lebih besar kepada guru yng telah sejahtera (PNS) dibandingkan guru non PNS? Apakah kinerja guru non pns tidak lebih tidak jelek alias bagus? serta apakah bisa dipastikan bahwasanya guru PNS kinerja orang-orang pasti lebih tidak jelek alias bagus dari guru non PNS? Padahal di faktanya, guru PNS bahkan lebih sibuk yang dengannya masalah administrasi, pendataan ini serta pendataan itu. Sibuk persyaratan ini serta itu.
Namun di lapangan pun ada tidak sedikit kasus disaat status PNS serta tunjangan telah dikantongi, bahkan jadi bumerang bagi si guru itu sendiri. Ada sebagian guru yng telah jadi PNS serta telah bisa sertifikasi namun masih terasa tidak lebih sejahtera. Terkadang, waktu yng seharusnya dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk menggajar bahkan dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk berjualan di koperasi ataupun warung sekolah misalnya. Belum lagi masalah pengembangan diri. Dengan diberikannya tunjangan serta sertifikasi seharusnya orang-orang menaikan profesionalitasnya. Tapi ada pun yng profesionalitasnya malahan menurun lantaran telah terasa aman serta nyaman yang dengannya kondisinya yng saat ini.
Beragam problematika di atas, adalah sebagian kecil dari hutang kemerdekaan yng belum terlunasi. Memang kalau boleh mengatakan "seharusnya", janganlah kita menjadikan gaji dari profesi guru menjdai kebutuhan serta tujuan utama. Jika kita cuma mengandalkan itu seluruh, maka rasa lapang dada yng ada di dalam diri kita akan hilang. Akan akan tetapi jadikanlah profesi menjdai guru menjdai ladang ibadah kepada Tuhan yng maha ESA. Masalah kebutuhan finansial, selagi kita menjdai guru, mampu membuka bisnis lain yng sekiranya mampu memenuhi kebutuhan. Kalo memanglah belum ada modal, mampu kerja part time ataupun Join Venture percis kawan.
Semua tentu berharap pihak Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan RI lebih memperhatikan serta lebih menaikan kesejahteraan guru honorer pada masa yng akan datang. Hal ini tentunya Perlu diimbangi yang dengannya peningkatan kualitas dari para guru. Jangan cuma pengen gaji tinggi namun kalau telah bisa bahkan jadi seenaknya sendiri. Terakhir, ini hanyalah sekedar opini yng saya rangkum dari teman-teman guru yng disampaikan di FP Kemdikbud akan tetapi tak ada respon percis sekali dari pihak pengelola FP yang telah di sebutkan. Barangkali goresan pena ini mampu menjadi bahan reflekasi serta diskusi seputar guru honorer di negeri ini. Ahmad Mujib Sabtu, 12 Maret 2016 Pendidikan

Source Article and Picture : http://wikipendidikan.blogspot.com/2016/03/guru-honorer-sejahtera-sebatas-mimpikah.html

Seputar Guru Honorer Sejahtera, Sebatas Mimpikah?

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Guru Honorer Sejahtera, Sebatas Mimpikah?