Cara Dunia Islam Menyikapi Tradisi dan Modernitas

- 16.26

Cara Dunia Islam Menyikapi Tradisi dan Modernitas

 
1. Pengertian Tradisi dan Modernitas
Tradisi merupakan sesuatu peninggalan masa lalu, baik masa lalu umat islam maupun masa lalu barat kepada masa saat ini, baik peninggalan yng bersifat material semisal bangunan-bangunan peradaban maupun peninggalan yng bersifat intelektual semisal karya-karya tasawuf, tafsir, filsafat, dan fikih.
Sedangkan modernitas merupakan segala sesuatu yng datang dari barat. Barat memiliki macam-macam produk yng bersifat material yng lantas masuk ke timur tengah. Dengan kata lain, dunia arab itu berdiri ataupun hidup di atas dua kaki, yakni di kaki tradisi dan di kaki modernitas. Dikatakan bahwasanya orang-orang hidup di kaki tradisi lantaran orang-orang masih memegang tradisi intelektualnya imam syafii, al-Ghazali, Asy’ari, ath-Thabari, dan lain-lainnya. Ini berguna bahwasanya di satu sisi orang-orang masih memegang tradisi keilmuan dunia islam, namun di sisi lain orang-orang hidup di dunia modern yang dengannya banyak sekali produknya mulai dari alat komunikasi dan berita, transportasi, dan lain sebagainya.
2. Cara dunia islam menyikapi tradisi dan modernitas
Bagaimana dunia islam menyikapi dua tradisi ini, tradisi masa lalu dan tradisi modernitas? Seperti misalnya bagaimana kita menyikapi pemikiran Syafi’i dan modernitas?
Dalam menyikapi hal di atas, lantas muncul tiga kelompok, yakni:
1. Kelompok Idealistik
Kelompok ini mengatakan bahwasanya kalau umat islam ingin maju, maka umat islam Perlu meninggalkan modernitas dan mengambil mentah-mentah tradisi umat islam. Kita Perlu mengambil pemikiran Syafi’i, Hanafi, Hanbali, As’yari, Al-Ghazali dan setiap pemikiran masa yng berasal dari tradisi masa lalu. Kita tak boleh mengambil segala sesuatu yng berasal dari modernitas yng berasal dari barat semisal produk-produk teknologi misalnya HP, Internet, dan lain sebagainya. Karena orang-orang menganggap segala bentuk modernitas yng berasal dari barat merupakan bid’ah, kafir, dan haram.
Begitu juga sebalikya, tradisi umat islam masa lalu adalah sesuatu yng pasti baik. Pada intinya, pendapat dari kelompok ini kita Perlu kembali kepada tradisi umat islam masa lalu dan pada era yng percis membuang mentah-mentah seluruh yng datang dari barat.
Kelompok ini mengidealkan segala bentuk tradisi masa lalu umat islam. Apabila umat islam era ini ingin maju, maka kita Perlu kembali ke masa lalu umat islam di mana era itu umat islam Amat ideal. Kelompok yng pertama ini merupakan kelompok mayoritas. Contoh dari kelompok ini merupakan Ikhwanul muslimin, Hisbut Tahrir, ISIS, dan Wahabi.
2. Kelompok Transformatif
Kelompok ini adalah antitesa dari kelompok yng pertama. Mereka menyatakan bahwasanya disaat umat islam ingin maju semisal barat baik dalam hal peradaban material maupun pemikirannya, maka kita Perlu mengadopsi peradaban yng berasal dari barat dan menanggalkan peradaban islam klasik. Secara kuantitatif, kelompok ini lebih tidak banyak dibandingkan kelompok pertama. Rata-rata orang-orang berasal dari orang-orang Kristen yng berasal dari Timur tengah dan tinggal di Barat yng lantas kembali bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan transformasi intelektual dari barat ke dunia islam.
3. Kelompok Reformatif
Kelompok ini adalah sintesa dari kelompok pertama dan kedua. Dengan kata lain, corak pemikirannya adalah perpaduan antara kelompok yng pertama dan kedua. Menurut kelompok ini, tradisi itu ada yng positif ada yng negatif. Ada yng cocok bagi atau bisa juga dikatakan untuk masa lalu, namun tak cocok bagi atau bisa juga dikatakan untuk masa saat ini, namun ada juga yng tak cocok bagi atau bisa juga dikatakan untuk masa lalu namun cocok bagi atau bisa juga dikatakan untuk masa saat ini. Begitu juga yang dengannya peradaban barat, ada yng positif ada yng negatif.
Kelompok transformatif mengambil sesuat yng positif dari tradisi dan modernitas yng berasal dari barat. Perpaduan yng diperoleh dari dua sisi positif ini dia yng lantas disebut yang dengannya pola berfikir reformatif. Silahkan era ini kita mempergunakan banyak sekali perangkat teknologi modern yng berasal dari barat. Namun di era yng percis, kita pun Perlu tetap memegang nilai-nilai etika dan semangat yng berasal dari tradisi islam.
Dari kelompok reformatif ini, masih terbagi lagi menjadi dua kelompok yng berbeda. Pertama merupakan kelompok rekonstruktif dan yng kedua merupakan kelompok dekonstruktif.
Kelompok rekonstruktif ini menampilkan kembali karya-karya tradisi masa lalu umat islam lantas diambil mana yng baik. Sedangkan kelompok dekontruktif mengambil mana yng baik dari tradisi masa lalu sekalian mengkritisi sesuatu yng dianggap negatif dari tradisi masa lalu yng menjadi akar penyebab kemunduran umat islam.
Kelompok dekonstruktif ini mampu diistilahkan yang dengannya Post. Kita tentu Suka mendengar ataupun membaca istilah-istilah semisal Post-modernisme, Post-tradisionalisme, dan post-post yng lain. Istilah Post- ini secara bahasa mempunyai dua makna, yakni melahirkan dan memutus. Post- mampu bermakna melahirkan ataupun melanjutkan sesuatu yng telah ada, ataupun memutus dari sesuatu yng telah ada.
Dalam konteks di atas, bisa dipahami bahwasanya kelompok rekonstrukktif adalah kelompok yng relevan yang dengannya istilah Post- yng bermakna melanjutkan, sedangkan kelompok dekosntruktif yng memutus.
Dari perbedaan sikap mengenai tradisi dan modernitas saja, muncullah begitu tidak sedikit kelompok dalam islam. Ada di kelompok mana kita era ini? Masing-masing tentu mampu instrospeksi diri. Ahmad Mujib Sabtu, 29 Oktober 2016 Keislaman

Source Article and Picture : http://wikipendidikan.blogspot.com/2016/10/cara-dunia-islam-menyikapi-tradisi-dan-modernitas.html

Seputar Cara Dunia Islam Menyikapi Tradisi dan Modernitas

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Cara Dunia Islam Menyikapi Tradisi dan Modernitas