Ternyata, Inilah Faktor Penyebab Tidak Yakin Jaminan Rezeki dari Allah

- 07.50

Ternyata, Inilah Faktor Penyebab Tidak Yakin Jaminan Rezeki dari Allah

 
Sungguh tepat ungkapan yng mengatakan bahwasanya “Kefakiran itu berpotensi menimbulkan kekufuran.” Masalah rezeki, lebih-lebih yng berkaitan yang dengannya harta benda, adalah dilema yng tidak ada habisnya difikirkan serta diusahakan oleh kita-kita. Bahkan, hingga habisnya umur, tidak cukup bagi atau bisa juga dikatakan untuk mikirin urusan rezeki. Sifat kita-kita yng selau ingin lebih serta lebih, membuat kebanykan dari kita tidak pernah puas serta tidak lagi mengingat rasa syukur atas yng sudah diperoleh. Begitu tidak sedikit dari kita yng saking terlalu sibuk bekerja demi mencukupi kebutuhan finansial, hati, pikiran, waktu, serta tenaga kita habis cuma bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencari kepuasan hawa nafsu serta keinginan-keinginan kita yng bersifat material. Baca pun Wasiat Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani Tentang Empat Hal yng Merusak Agama
Hawa nafsu adalah musuh dalam selimut yng nyata-nyata tidak pernah berhenti mendorong kita-kita pada kerusakan. Akan namun, meskipun ia merupakan musuh, namun menusia begitu mencintainya. Sehingga kebanykan kita-kita menutup mata atas keburukan terselubung yng terdapat padanya. Sama semisal disaat mencintai seseorang, maka segala aib serta kekurangan pada diri orang itu tak akan nampak, lantaran tertutup oleh rasa cinta itu tadi. Begitu juga kalau kita mencintai hawa nafsu. Padahal, sudah terbukti bahwasanya awal dari penyesalan, kecelakaan, dosa, kehinaan, serta macam-macam penyakit dalam diri kita-kita, semenjak dahulu kala sampai-sampai hari kiamat kelak, datangnya dari hawa nafsu yng dituruti.

Dalam kitab Minhajul Abidin, Imam Al-Ghazali menyebutkan, bahwasanya satu dari sekian banyaknya perkara yng menjadi penghalang kita-kita dalam beribadah merupakan masalah rezeki. Sebab perkara rezeki ini adalah satu dari sekian banyaknya bala' ataupun cobaan yng besar bagi masyarakat pada biasanya. Cobaan yng membuat hati kebanykan orang terbuai olehnya; cobaan yng menjadi penyebab kesusahan hati tidak sedikit orang; cobaan yng menjadikan tidak sedikit orang menyianyiakan umurnya cuma bagi atau bisa juga dikatakan untuk terus bersusah payah mengejarnya serta melalaikan kewajibannya beribadah; cobaan yng tidak sedikit memicu perilaku tidak baik kita-kita; cobaan yng membuat tidak sedikit orang berperilaku menyimpang dari aturan-aturan agama serta jauh dari rahmat Allah SWT.
Persoalan Rezeki adalah cobaan yng membuat tidak sedikit kita-kita tidak ingat akan tugasnya menjdai hamba yng Perlu tunduk pada Tuhannya. Mereka hidup dalam keadaan tidak ingat akan tanggungjawabnya kepada Tuhannya. Sehari-hari, hati, pikiran, serta perilakunya tercurahkan seluruhnya bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengurus rezeki serta hubungan sesama kita-kita. Akibatnya, orang-orang hidup yang dengannya keadaan hati yng gelap serta fisik yng serba kepayahan. Baca pun Integrasi Aqidah serta Tasawuf dalam Islam
Padahal, Allah SWT sudah berfirman serta bersumpah di dalam ayat-ayat Al-Quran bahwasanya Dia sudah menanggung rezeki setiap makhluknya. Begitu juga para nabi serta ulama' senantiasa memberikan nasehat-nasehat perihal jalan menuju keridhaan Allah SWT. Para ulama' pun sudah mengarang tidak sedikit kitab sekalian memberikan teladan kepada kita-kita, dan menakut-nakuti yang dengannya ancaman siksa di akhirat kelak.
Namun kebanykan kita-kita tak mau mengambil pelajaran dari seluruh itu serta tak mempunyai ketenangan hati. Tetap saja masih bersusah payah mencari rezeki yng sudah dijamin oleh-Nya. Takut kalau esok hari tak mampu makan, khawatir kalau rezekinya tak dijamin. Semua itu adalah indikasi minimnya kita-kita dalam merenungkan ayat-ayat-Nya, sabda Rasulullah SAW, nasehat-nasehat para ulama', dan minim tafakkur atas segala ciptaanNya. Masih suka menyerah yang dengannya godaan setan, baik setan yng tidak terlihat secara kasat mata maupun yng berbentuk kita-kita. Hal-hal di atas memicu hati kita rapuh serta miskin keyakinan perihal ayat-ayat Allah SWT. Termasuk ayat-ayat yng berkaitan yang dengannya rezeki.
Imam Abdullah al-Haddad dawuh, "Orang yng hatinya terlalu menyenangi hal-hal yng bersifat duniawi, serta dia berusaha memperolehnya yang dengannya tujuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menikmatinya, maka dia salah satunya golongan orang-orang yng cinta dunia serta jauh dari sifat zuhud. Sedangkan orang yng berusaha memperolehnya bagi atau bisa juga dikatakan untuk dipakai dalam banyak sekali jalan kebaikan, maka hal itu adalah langkah mulia andai apa yng dia lakukan sesuai yang dengannya apa yng dia niatkan (amalnya baik serta niatnya tulus). Ahmad Mujib Minggu, 20 November 2016 Keislaman

Source Article and Picture : http://wikipendidikan.blogspot.com/2016/11/jaminan-rezeki-allah.html

Seputar Ternyata, Inilah Faktor Penyebab Tidak Yakin Jaminan Rezeki dari Allah

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Ternyata, Inilah Faktor Penyebab Tidak Yakin Jaminan Rezeki dari Allah