Tata Cara Melakukan Taubat Nasuha Kepada Allah

- 00.49

Tata Cara Melakukan Taubat Nasuha Kepada Allah

 
Mengakui ataupun tak, dasarnya memang kita-kita selama hidupnya tak terlepas dari kesalahan serta dosa. Entah itu yng bersifat kasat mata yng di lakukan oleh panca indera, maupun yng bersifat batiniah yng di lakukan oleh hati. Oleh lantaran itu Allah menyediakan sebuah pintu bernama taubat nasuha bagi atau bisa juga dikatakan untuk membersihkan segala dosa yng sudah di lakukan. Taubat nasuha adalah suatu keniscayaan kita-kita, lantaran tak satupun keturunan Adam yng pernah hidup di dunia ini luput dari dosa. Setiap kita-kita, tanpa terkecuali, pasti pernah melakukan dosa. Hanya para nabi serta malaikat saja yng diberi kekhususan oleh Allah luput dari dosa serta maksiat.

Taubat secara bahasa berguna kembali. Kembali meninggalkan segala hal yng tercela dalam pandang-an agama. Setiap pribadi Perlu selalu bertaubat pendapat dari kapasitas masing-masing. Terkait taubat ini, Abdul Wahhab As-Sya'roni memaparkan perihal perihal tingkatan-tingkatan taubat menjdai berikut:
  1. Taubat paling dasar merupakan taubat yng Perlu di lakukan bagi atau bisa juga dikatakan untuk kembali dari dosa-dosa besar, dosa-dosa kecil, kemakruhan serta dari perkara yng tak diutamakan.
  2. Tingkatan kedua merupakan bertaubat dari terasa diri menjdai orang baik, terasa dirinya sudah dikasihi Allah serta bertaubat dari terasa dirinya sudah mampu bertaubat kepada Allah swt. Sesungguhnya macam-macam perasaan semisal itu merupakan sebuah kesalahan yng lahir dari penyakit hati kita-kita yng Amat halus.
  3. Dan puncak taubat merupakan kembali mengingat Allah swt dari kelalaian mengingatnya walaupun sekejap saja. Karena melupakan-Nya merupakan sebuah dosa.
Kita menjdai kita-kita biasa tak pernah lepas dari salah serta dosa, entah itu kita sadari ataupun tak. Karena kita hanyalah hamba Allah yng lemah serta tak punya daya apa-apa tanpa pertolongan-Nya. Kita pun bukan kita-kita yng mulia semisal nabi serta rasul yng mempunyai sifat ma'sum.
Dosa serta kemaksiatan yng kita lakukan mempunyai efek terhadap keimanan kita, sebagaimana yng disebutkan dalam hadits Rasulullah saw. yng diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah yng pengertiannya: Abu Hurairah r.a. mengatakan: Nabi saw. bersabda:
"Tidak akan berzina seorang pelacur di waktu berzina jika ia sedang beriman. Dan tidak akan minum khamer, di waktu minum jika ia sedang beriman. Dan tidak akan mencuri, di waktu mencuri jika ia sedang beriman. Di lain riwayat: Dan tidak akan merampas rampasan yang berharga sehingga orang-orang membelalakkan mata kepadanya, ketika merampas jika ia sedang beriman." (HR. Bukhari, Muslim)
Kaitannya yang dengannya hadis di atas, Al Qadhi ‘Iyadh mengatakan :
"Ada sebagian ulama’ yang menyebutkan bahwa hadis di atas sebenarnya memperingatkan beberapa poros perbuatan maksiat dan peringatan agar seseorang berhati-hati darinya. Rasulullah SAW. menyebutkan perbuatan zina dengan tujuan untuk memperingatkan umat dari berbagai dosa yang bersumber dari dorongan syahwat. Beliau menyebutkan tindak kriminal pencurian untuk memperingatkan umat dari segala bentuk keserakahan terhadap materi dunia dan ambisi untuk memiliki harta yang haram. Beliau menyebutkan khamr untuk memperingatkan umat agar menjauhi segala sesuatu yang bisa menghalangi mereka dari Allah dan juga yang bisa menyebabkan mereka lalai terhadap hak-hak-Nya. Sedangkan kalau disebutkan tentang perampasan barang, maka tujuannya tidak lain supaya umat tidak memandang rendah hamba Allah, tidak mudah melecehkan mereka dan menyarankan agar mereka mau menimbun harta dengan benar."
Sementara itu Al Hasan serta Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-thabari sudah mengatakan:
“Cara memaknai hadits ini bahwasanya predikat terpuji bagi atau bisa juga dikatakan untuk para kekasih Allah menjdai seorang yng beriman, secara otomatis akan dicabut dari orang yng melakukan dosa-dosa yang telah di sebutkan. Dan sesudah itu predikatnya berubah menjadi tidak baik, yaitu disebut menjdai seorang pencuri, pezina, pecundang, serta seorang yng fasiq."
Telah disebutkan dari Ibnu Abbas bahwasanya dia mengatakan: "Makna hadits ini bahwasanya cahaya iman akan ditarik dari orang yng melakukan beberapa perbuatan dosa besar yang telah di sebutkan. Cara mengartikan semisal ini terdapat dalam satu dari sekian banyaknya hadits marfu’. Al Mulhib mengatakan, “ (makna hadits ini bahwasanya) kemampuan mata hati bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan ketaatan kepada Allah sudah dicabut dari diri orang yng melakukan perbuatan maksiat yang telah di sebutkan.
Modal utama dalam melakukan taubat nasuha merupakan yang dengannya tekad bulat serta niat yng mantab dalam hati bagi atau bisa juga dikatakan untuk tak mengulangi kesalahan yng percis, dan kesadaran bahwasanya cuma Allah lah yng memberikan petunjuk sekalian Sang Maha Penerima Taubat. Jangan hingga berputus asa dari rahmat Allah, lantaran rahmat Allah itu Amat luas. Namun jangan juga lantaran keyakinan akan luasnya rahmat Allah ini malah membuat kita makin berani bagi atau bisa juga dikatakan untuk berbuat dosa serta mengulur-ulur taubat. Taubat adalah peluang yng disediakan oleh Allah swt kepada hambanya yng sudah melakukan kesalahan. Taubat merupakan kesempatan emas bagi kita-kita bagi atau bisa juga dikatakan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhannya. Allah swt sungguh mengistimewakan orang-orang yng melakukan pertaubatan nasuha, apalagi andai orang-orang merupakan orang-orang muda.
Adapun mengenai tata cara melakukan taubat nasuha bisa kita ketahui dari pendapat serta uraian para ulama'. Para ulama' sudah bersepakat bahwasanya taubat seseorang senantiasa akan diterima oleh Allah selama nyawanya belum hingga di tenggorokan. Keterangan semisal ini sebagaimana yng sudah disebutkan dalam hadits Rasulullah. a) Hendaklah dia meninggalkan maksiat yng dia kerjakan b) Hendaklah dia mempunyai penyesalan sesudah mengerjakan perbuatan maksiat yang telah di sebutkan c) Bertekad kuat dalam hati bagi atau bisa juga dikatakan untuk tak lagi mengulangi perbuatan maksiat itu. Selain itu, pun bertekad kuat bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan amalan-amalan yng mendatangkan keridhaan Allah. Allah senang melihat hamba-hamba-Nya yng beriman serta bertaubat. Dalam Al- Qur'an tidak sedikit ayat yng menyebut soal iman serta taubat secara bersama-sama. Bahkan memerintahkan orang-orang beriman agar bertaubat. Ayat-ayat yang telah di sebutkan di antaranya Q.S at- Tahrim ayat 8, Q.S An-nur: 34, Q.S Al-Baqarah: 222.
Seandainya seseorang sudah bertaubat dari sebuah dosa, akan tetapi sebenarnya mengulangi lagi perbuatan dosa yng percis, maka taubatnya (yng pertama) tak dianggap batal (sekalipun dia dalam hal ini Perlu memperbarui taubatnya). Begitu pun andaikan dia sudah bertaubat dari sebuah dosa, akan tetapi teryata dia mengerjakan jenis perbuatan dosa yng lain, maka taubatnya dianggap sah.
"Perumpamaan orang yang menunda taubat itu seperti orang yang ingin mencabut suatu tanaman, namun terbayang olehnya bahwa untuk mencabutnya diperlukan tenaga ekstra, lalu ia menangguhkannya, ia tidak sadar bahwa dirinya akan semakin tua dan kekuatannya berkurang, sedangkan pohon itu akan bertambah kokoh." (Imam Al Ghazali- Ihya Ulumudin)
Sahabat, andaikan kita mau berfikir serta merenung sejenak, berupaya bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyelami diri kita masing-masing yang dengannya hati yng bersih serta jujur, akan kita temukan ramai sekali hal yng begitu memalukan andaikan kita menyadari betapa banyaknya dosa yng sehari-hari kita lakukan serta betapa malasnya kita bagi atau bisa juga dikatakan untuk memohon ampunan kepada Allah..
Tak terbayangkan, telah berapa tidak sedikit dosa dan kemaksiatan yng kita lakukan hingga detik ini. Kita lakukan sehari-hari tanpa kita sadari serta tanpa kita sesali. Atau mungkin sadar, namun pura-pura tak menyadarinya yang dengannya dalih Tuhan itu Maha Pengampun.
Di satu waktu kita berbuat dosa, lalu kita sadar serta menyesalinya, meminta ampunan kepada Allah. Namun seiring berjalannya waktu yang dengannya tanpa rasa malu, kita mengulangi lagi serta lagi dosa yng percis. Itupun tak cuma terulang sekali dua kali, akan tetapi berkali-kali.
Ya, itulah bukti betapa lemahnya diri kita, betapa masih lemahnya iman kita. Dan memanglah, kita-kita itu tempatnya salah serta dosa. Jika tanpa cahaya hidayah-Nya. Jika tanpa Rahmat serta pertolongan-Nya, kita tak mampu apa-apa. Kita tak akan mampu melaksanakan kewajiban kita kepada-Nya, pun menjauhi larangan-Nya. Nikmat iman serta islam ini adalah nikmat Allah yng Amat besar bagi kita.
Seseorang memanglah tak bisa mengetahui apakah taubatnya diterima ataupun ditolak. Namun demikian, ada tanda-tanda yng mampu diamati disaat taubat seseorang itu diterima oleh Allah. Di antara tanda-tanda yang telah di sebutkan merupakan seseorang bisa merasakan bahwasanya seakan-akan dirinya terjaga dari perbuatan-perbuatan dosa serta maksiat. Muncul pun kesadaran bahwasanya apa yng disenangi oleh hawa nafsunya sebelum ia bertaubat, telah tiada lagi keinginan dalam dirinya bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengulainginya serta yng tersisa hanyalah kesedihan yng disesalinya. Seseorang pun menjadi lebih suka berdekatan yang dengannya orang-orang yng gemar berbuat kebajikan, dan menjauhkan diri dari orang-orang yng gemar berbuat kejahatan serta kekejian. Dia pun terasa cukup atas hal-hal yng sifatnya duniawi, serta memandang bahwasanya amalan-amalan yng tidak sedikit bagi atau bisa juga dikatakan untuk ke hidup-an akhirat masih Amat tidak lebih serta tidak banyak. Ia terasa hatinya senantiasa sibuk yang dengannya hal-hal yng mendatangkan keridhaan Allah, serta kosong dari hal-hal yng mendatangkan kemurkaan Allah. Ia sanggup melindungi lidah, senantiasa berpikir serta merenung, dan mengevaluasi kekurangan-kekurangan yng ada pada dirinya. Ahmad Mujib Rabu, 16 November 2016 Keislaman

Source Article and Picture : http://wikipendidikan.blogspot.com/2016/11/tata-cara-melakukan-taubat-nasuha.html

Seputar Tata Cara Melakukan Taubat Nasuha Kepada Allah

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Tata Cara Melakukan Taubat Nasuha Kepada Allah