Gerakan Literasi dalam Al-Quran

- 17.00

Gerakan Literasi dalam Al-Quran

 
Al-Quran merupakan kitab suci umat islam yng pun adalah mu’jizat terbesar yng diberikan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Al-Quran adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan. Sedangkan literasi merupakan kemampuan membaca serta menulis. Dalam arti luas, makna literasi lebih dari sekedar membaca serta menulis, namun pun salah satunya menganalisis, meneliti, mengevaluasi, dan juga lain-lainya. Gerakan literasi di kalangan umat islam dimulai sejak turunnya wahyu pertama al-Quran yng berisi perihal perintah iqra’ yng berguna membaca dalam konteks seluas-luasnya. Tidak sekedar membaca teks tertulis, akan tetapi pun membaca alam semesta seisinya.

Embrio tradisi literasi di kalangan umat islam diawali yang dengannya ayat yng pertama kali diturunkan kepada Rasulullah, yakni ayat 1-5 Surat Al-'Alaq, yng diturunkan pada malam hari senin 17 ramadhan di gua Hira' disaat Rasulullah berusia 41 tahun. Ayat ini tak cuma sekedar motivasi membangun peradaban islam melalui tradisi literasi, akan tetapi secara eksplisit Allah secara langsung memerintahkan kita-kita bagi atau bisa juga dikatakan untuk membangun peradaban islam melalui gerakan literasi yang dengannya landasan keihklasan serta prinsip tauhid, yaitu yang dengannya bismirabbika (lapang dada semata-mata lantaran Allah), bukan bagi atau bisa juga dikatakan untuk tujuan-tujuan pragmatis ataupun berlandaskan pada hawa nafsu serta ego pribadi.
Pada perkembangannya, yang dengannya diturunkannya wahyu pertama Al-Quran, maka dimulai juga gerakan literasi di kalangan umat islam, khususnya bangsa Arab. Dalam perkembangan sejarah peradaban islam, tradisi literasi berkontribusi besar bagi pertumbuhan serta perkembangan ilmu pengetahuan. Berkat adanya gerakan literasi sejak era Nabi yng ditandai yang dengannya penulisan ayat-ayat al-Quran yng masih berserakan, lantas dilanjutkan yang dengannya kodifikasi al-Quran serta hadis di era sahabat. Bahkan puncak kejayaan islam ditandai yang dengannya membudayanya gerakan literasi di kalangan para intelektual muslim yang dengannya lahirnya karya-karya berupa ribuan jilid kitab dalam banyak sekali disiplin keilmuan mulai dari astronomi, seni, arsitektur, tata bahasa, budaya, sosial, tafsir, dan juga lain-lainya.
Bila ditinjau dari sudut pandang ulumul quran, proses penurunan Al-Quran di lakukan secara bertahap. Sebelum diturunkan, Al-Quran tersimpan di Lauhil Mahfudz, yakni kitab yng terpelihara, di mana di situ sudah tertulis segala sesuatu yng sudah serta akan terlaksana. Pada tahap selanjutnya, Allah menurunkan Al-Quran ke Baitul Izzah di langit dunia secara sekalian. Barulah lantas Allah menurunkan Al-Quran kepada baginda Nabi Muhammad SAW. secara berangsur-angsur dalam kurun waktu tidak lebih lebih selama 23 tahun melalui perantara Malaikat Jibril.
Ayat-ayat Al-Quran diturunkan sesuai yang dengannya adanya peristiwa-peristiwa tertentu dan kebutuhan Rasulullah SAW. Dari sini lantas muncullah ilmu asbabun nuzul yng mengkaji perihal hal-hal yng melatarbelakangi turunnya ayat-ayat Al-Quran yng adalah respon Tuhan atas realitas era itu. Kemudian muncul pun corak ilmu tafsir yng didasari tartib nuzul ataupun didasari urutan kronologis ruang serta waktu turunnya ayat. Berbeda yang dengannya kitab-kitab samawi yng lain semisal Taurat, Injil, serta Zabur yng diturunkan secara sekalian.
Proses penurunan Al-Quran sebagaimana yang telah di sebutkan di atas, setidaknya mempunyai dua pesan yang tersirat, yakni: Pertama, pengagungan terhadap Al-Quran itu sendiri, Rasul, serta umat yng menerimanya yang dengannya memberitahukannya kepada malaikat penghuni langit bahwasanya Al-Quran adalah kitab yang terakhir yng diturunkan kepada Rasul yang terakhir bagi umat yng mulia. Kedua, menunjukan keutamaan Al-Quran dibandingkan yang dengannya kitab-kitab samawi lain-lainnya, di mana Allah menyatukan dua proses penurunan pada Al-Quran, yakni penurunan sekalian serta berangsur-angsur.
Allah menurunkan wahyu Al-Quran menjdai cara berkomunikasi serta mengajar makhluk-Nya melalui peran seorang rasul pilihan bernama Muhammad SAW. Al-Quran memuat ilmu pengetahuan Allah yng tak dibatasi, sebagaimana yng tertuang dalam surat Al-Qalam. Sebagai sumber ilmu pengetahuan serta ajaran islam, Al-Quran butuh di awasi serta dipelihara agar bisa dipelajari oleh seluruh umat di muka bumi serta bisa diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh lantaran itulah lantas lahir penulisan serta pengumpulan Al-Quran menjadi satu mushaf yng utuh. Langkah ini adalah sebuah wujud pemeliharaan wahyu Tuhan agar tetap tak pernah mati serta bisa dibaca dan dipelajari umat islam sepanjang masa. Usaha gigih Nabi melalui bimbingan Allah dalam membangun masyarakat bertradisi literasi, pada akhirnya membuahkan hasil yng Amat gemilang. Beliau adalah tokoh sentral pembangun gerakan literasi berbasis Al-Quran. Terbukti yang dengannya keberhasilan yng diraih dunia Islam pada era keemasannya, di mana yang dengannya tradisi literasi yng kuat, upaya penggalian pesan-pesan Tuhan sudah membawa umat islam ke atas menara puncak perkembangan ilmu pengetahuan. Berkaca dari fakta sejarah ini, cuma yang dengannya mentradisikan gerakan literasi (membaca-menulis), era keemasan umat islam bisa terulang kembali. Ahmad Mujib Senin, 14 November 2016 Literasi

Source Article and Picture : http://wikipendidikan.blogspot.com/2016/11/gerakan-literasi-dalam-al-quran.html

Seputar Gerakan Literasi dalam Al-Quran

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Gerakan Literasi dalam Al-Quran