Mengapa Ada Kekerasan Atasnama Agama? Ternyata Ini Penyebabnya

- 01.49

Mengapa Ada Kekerasan Atasnama Agama? Ternyata Ini Penyebabnya

 
Sudah 14 abad lebih agama islam lahir. Dan selama itu juga dinamika keberagamaan yng mengitarinya berjalan dinamis. Perjalanan sejarah sudah aneka macam model serta pola beragama umat islam, sejalan yang dengannya kondisi ruang serta waktu yng mengitarinya. Islam di Nusantara misalnya, sudah menghadirkan keberagamaan yng memiliki kandungan kearifan lokal. Wajah islam nampak begitu teduh. Akan namun belakangan ini terlaksana polarisasi model keberagamaan yang telah di sebutkan. Fundamentalisme islam yng lantas memunculkan benih-benih radikalisme, hingga pada terorisme, menjadi varian tersendiri dalang ruang lingkup model beragama ini.
Dalam hal ini, setidaknya ada tiga isu yng era ini menjadi kejadian gerakan islam, yaitu radikalisme, formalisme, serta terorisme. Jika radikalisme terindikasi melalui kelompok-kelompok muslim radikal yang dengannya pola amar ma’ruf nahi mungkar, maka formalisme islam bermaksud mendirikan negara islam ataupun menegakkan syari’at islam secara formal. Sedangkan terorisme tampak melalui gerakan-gerakan kekerasan yang dengannya dalih jihad.
Paling tak ada tiga bentuk ataupun model kekerasan yng mampu kita lihat. Pertama, kekerasan wacana. Sebuah wacana, meminjam analisis Foucault, bukan cuma sekedar pernyataan serta ide-ide segar, namun sesuatu yng memproduksi yng lain. Pengetahuan ataupun wacana selalu memiliki efek kuasa, sebaliknya kekuasaan selalu butuh serta memproduksi pengetahuan menjdai basis kekuasaannya. Dengan kata lain, wacana menentukan pandang-an kita mengenai suatu objek, memasukkan mana yng layak masuk serta mana yng layak dikeluarkan. Inilah satu dari sekian banyaknya taktik diferensiasi yng pada gilirannya melahirkan efek dominasi serta marjinalisasi, semisal misalnya fatwa MUI.

Kedua, kekerasan yng menindas. Kekerasan jenis ini, pendapat dari Hasan Hanafi, biasanya di lakukan oleh penguasa. Ia dijalankan yang dengannya dua jalur, jalur budaya serta jalur ideologi. Kekerasan melalui jalur ini bergerak di wilayah yng tak disadari menjdai kekerasan bahan kekerasan dalam bentuk ini sering subur. Justru di samping dijalankan melalui normalisasi serta regulasi, pun didukung ketidaksadaran masyarakat itu sendiri.
Ketiga, kekerasan evolusi. Yaitu gerakan kritis masyarakat bawah yng berjuang menuntut keadilan serta demokrasi. Gerakan ini dikatakan kekerasan lantaran orang-orang menjalankan tujuannya tanpa diatur sedemikian rupa, menjadikan gerakannya sporadis, lebih-lebih mengandalkan kemampuan fisik. Secara kasat mata, gerakan semisal ini akhirnya dimasukkan ke dalam kekerasan.
Kekerasan model ketiga ini dia yng Suka terlaksana di masyarakat kita. Dengan mengatasnamakan agama (Islam) orang-orang melakukan kekerasan. Dengan dalih membela agama, kelompok ini melawan aneka macam hal yng dianggap bertentangan yang dengannya syariat islam. Tak heran bila lantas ketakutan terhadap islam muncul. Islam ditampakkan menjdai kelompok berjubah putih, pembawa pedang yng siap perang. Sehingga pada titik ini, Islam tidak lebih merupakan manifestasi sekelompok ummat yng marah. Keramahan islam yng selama ini berjalan selama berabad-abad lamanya seakan terhapus oleh kemarahan segelintir orang yng mengatasnamakan “Pembela Islam”.
Selanjutnya, agar kekerasan tak terlaksana maka diharapkan pemahaman keagamaan yng inklusif serta toleran terhadap keyakinan serta keberadaan kelompok lain yng menganut agama berbeda ataupun madzhab yng berbeda. Pemahaman ulang ini penting agar kesadaran akan pluralitas bukan cuma dalam konteks ke hidup-an bermasyarakat, tau pun ke hidup-an keberagamaan. Dalam konteks islam, seorang muslim sejatinya memahami kembali konsep islam yng dia yakini, apakah islam dimaknai menjdai ajaran yng menganjurkan umatnya bersikapkeras terhadap pihak lain ataupun menjdai penebar kedamaian serta rahmat bagi umat kita-kita.
Bertolak dari kejadian kekerasan ini, maka diharapkan upaya mengurangi tindakan kekerasan yang telah di sebutkan melalui dua langkah, yaitu memaknai ulang wacana yng sering memicu kekerasan serta melakukan gerakan anti kekerasan yang dengannya cara non-kekerasan. Dengan langkah ini, kedamaian akan tercipta yang dengannya jalan tenang bukan yang dengannya jalan kekerasan, serta kekerasan yang dengannya sendirinya akan sirna di bawah naungan kemanusiaan.
Sumber: Dikutip dari makalah Muhammad Roy, dosen Syariah UII yng disampaikan dalam Diskusi Nasional bertajuk Islam Agama Universal serta Humanis di STAIN Ponorogo, 23 Maret 2013. Ahmad Mujib Sabtu, 21 Januari 2017 Keislaman

Source Article and Picture : http://wikipendidikan.blogspot.com/2017/01/kekerasan-atasnama-agama.html

Seputar Mengapa Ada Kekerasan Atasnama Agama? Ternyata Ini Penyebabnya

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Mengapa Ada Kekerasan Atasnama Agama? Ternyata Ini Penyebabnya