Keutamaan Membaca Al-Quran dan Dzikir Menurut Al-Ghazali

- 11.12

Keutamaan Membaca Al-Quran dan Dzikir Menurut Al-Ghazali

 
Imam Al Ghazali menerangkan, secara umum membaca Al-Quran lebih utama bagi seluruh umat kita-kita, kecuali bagi orang-orang yng sedang pergi menuju kepada Allah (baca: salik), baik ia masih berada di awal perjalanan maupun yng sudah mulai menapaki akhir perjalanan. Di dalam Al-Quran, terdapat banyak sekali pengetahuan dan petunjuk jalan yng lurus. Selama seorang hamba Allah terasa bahwasanya ia butuh memperbaiki kualitas akhlaknya dan mendapatkan pengetahuan, maka membaca Al-Quran lebih utama baginya.
Jika kita menjdai hamba yng mana membaca Al-Quran lebih utama bagi posisi kita, maka hendaklah kita membaca sekalian merenungkan isi kandungan yng terdapat di dalamnya. Membacanya sambil mencermati karakter dan sifat-sifat mulia yng disukai olah Allah. Dan sebaliknya, andaikan kita sedang membaca Al-Quran lantas menemukan karakter dan sifat-sifat yng tak disukai ataupun dimurkai oleh Allah, maka kita Perlu mencoba bagi atau bisa juga dikatakan untuk menjauhinya. Karena Allah sengaja menyebutkan seluruh itu (karakter dan sifat-sifat terpuji/tercela) kepada kita seluruh, menurunkan seluruh itu dalam kitab Al-Quran, dan memperkenalkan seluruh itu pada kita, agar kita mampu mengamalkannya. Yakni mengamalkan yng terpuji ataupun yng disukai dan menjauhi yng tercela ataupun yng dimurkai.

Syekh Muhammad Abdurra'uf al- Manawi, dalam Faidlul Qadîr menjelaskan bahwasanya setiap waktu mempunyai ibadah yng khusus. Ibadah khusus yng di lakukan pada waktu yang telah di sebutkan akan mempunyai nilai lebih dibanding ibadah yng lain.
Kita Perlu berusaha memelihara Al-Quran yang dengannya mengamalkannya dalam ke hidup-an kita sehari-hari sebagaimana kita memelihara Al-Quran yang dengannya cara membacanya. Sebab, orang yng kelak memperoleh siksaan yng paling keras di hari kiamat merupakan orang yng menghafal sebuah ayat dari ayat-ayat Al-Quran lalu melupakannya begitu saja. Begitu juga yang dengannya yang dengannya orang yng menghafalkan ayat-ayat Al-Quran namun dia tak mengamalkannya. Baca pun 1001 Manfaat MEMBACA dan Urgensinya bagi Pendidikan

Nabi Muhammad SAW. bersabda: “Orang mukmin yang membaca Al-Quran seperti buah limau (jeruk). Baunya harum.” Makna dari bau harum di sini merupakan aktivitas membaca Al-Quran. Udara yng keluar dari aktivitas membaca Al-Quran ini diserupakan yang dengannya bau sesuatu yng harum. “Rasanya juga lezat.” Maksud dari rasa lezat di sini merupakan adanya iman. Oleh karenanya, seseorang dikatakan sudah mengecap ataupun merasakan manisnya iman andaikan ia ridha yang dengannya Allah menjdai Tuhannya, Islam menjdai agamanya, dan Nabi Muhammad SAW. menjdai nabinya. Intinya, rasa yang telah di sebutkan dikaitkan yang dengannya iman. Kemudian Nabi SAW. bersabda, “Orang mukmin yang tidak membaca Al-Quran seperti buah korma. Rasanya lezat (karena ia telah beriman dan mengikrarkan keimanannya, tetapi ia tidak mempunayi bau (karena tidak membaca Al-Quran, walaupun mungkin ia termasuk penghafal Al-Quran).” Kemudian Nabi SAW. melanjutkan, “Orang munafik yang membaca Al-Quran seperti bungan yang baunya harum.” Karena Al-Quran pada hakikatnya memanglah baik. “Tetapi rasanya pahit,” karena sifat munafik adalah bentuk kekufuran yng terpendam, sedangkan kelezatan cuma terdapat pada iman. Setelah itu Nabi Muhammad SAW. mengatakan, “Orang munafik yang tidak membaca Al-Quran seperti buah handhol (hanzhalah), rasanya pahit dan tidak berbau.”
Hal yng percis berlaku pada setiap ucapan baik yng memiliki kandungan ridha Allah. Hanya saja, Al-Quran memanglah memiliki kedudukan yng khusus. Al-Quran tak mampu disamakan yang dengannya setiap ucapan lain yng mampu mendekatkan diri kepada Allah. Oleh lantaran itu, hendaknya kita berdzikir yang dengannya bacaan-bacaan (dzikir) yng terdapat dalam Al-Quran. Dengan demikian, selain berdzikir mengingat Allah, kita pun membaca Al-Quran sekalian.
Esensi utama Al-Quran merupakan mengenal Dzat yng berbicara yang dengannya Al-Quran itu, mengenal keagunan-Nya, dan tenggelam di dalam-Nya. Dengan kata lain, Al-Quran berfungsi menunjukan kita-kita kepada Allah.
Dikutip dari sumber: Ibnu ‘Atha’illah Al-Sakandari, Miftah al-Falah wa Mishbah al-Arwah, Mesir: Maktabah al-Turats al-Islami, 2000. Terjemahan Fauzi Faishal Bahreisy, Zikir Penenteram Hati, Jakarta: Zaman, 2013, hlm. 136-138. Ahmad Mujib Senin, 24 Oktober 2016 Keislaman

Source Article and Picture : http://wikipendidikan.blogspot.com/2016/10/keutamaan-membaca-al-quran-dan-dzikir.html

Seputar Keutamaan Membaca Al-Quran dan Dzikir Menurut Al-Ghazali

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Keutamaan Membaca Al-Quran dan Dzikir Menurut Al-Ghazali