Pengertian Filsafat Ilmu dan Epistemologi

- 16.55

Pengertian Filsafat Ilmu dan Epistemologi

 
Pengertian Filsafat Ilmu dan Epistemologi - Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat. Ia mewarisi kerangka berfikir dalam filsafat, yaitu proses berpikir yng bebas, radikal, dan berada pada wilayah makna sebagaimana yng diungkapka oleh Musa Asy'ari. Bebas pengertiannya tak ada yng memperhalang kerja pikiran. Radikal bermakna bahwasanya berpikir hingga ke akar masalah. Sedangkan berpikir dalam tahap makna berguna mencoba sekuat tenaga guna menemukan makna yng terdalam dari sesuatu yng terkandung di dalamnya.
A. Cornelis Benjamin mendefinisikan filsafat ilmu menjdai menjdai satu dari sekian banyaknya dari disiplin filsafat yng adalah sebuah studi sistematis dan studi kritis perihal dasar-dasar dari ilmu pengetahuan, utamanya menyangkut metode, konsep, hipotesis, dan posisinya dalam suatu kerangka umum dari cabang intelektual. Baca pun Cara dan Keutamaan Mengamalkan Ilmu
Dari definisi filsafat ilmu yng dikemukakan A. Cornelis Benjamin di atas, kita bisa memahami bahwasanya filsafat ilmu adalah segenap pemikiran yng bersifat reflektif, radikal dan basicly berkaitan yang dengannya aneka macam problem dalam ilmu pengetahuan, landasannya, dan kaitannya yang dengannya seluruh segi ke hidup-an kita-kita. Bila ditinjau dari perspektif filsafat, ilmu pengetahuan lahir lantaran adanya bisnis dari kita-kita bagi atau bisa juga dikatakan untuk berpikir lebih jauh dan mendalam perihal pengetahuan yng orang-orang punyai. Ilmu pengetahuan merupakan produk dari filsafat ilmu dan epistemologi. Dengan bisnis dan kemampuan kita-kita bagi atau bisa juga dikatakan untuk berfikir lebih jauh yang telah di sebutkan, kita-kita dikatakan sudah berfilsafat, karena tak seluruh proses berfikir merupakan berfilsafat.

Filsafat ilmu mampu dilihat ataupun dipahami dari dua sisi, yng pertama menjdai sebuah disiplin ilmu yng adalah cabang dari filsafat yng mempunyai objek khusus yakni ilmu pengetahuan. Yang kedua filsafat ilmu menjdai landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia tidak lain merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri. Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu adalah objek yng dipelajari. Sebagai landasan filosofis, filsafat ilmu ibarat kerangka dasar sebuah bangunan ilmu pengetahuan.
Filsafa ilmu sebetulnya adalah tahapan baru dari epistemologi (filsafat pengetahuan, teori pengetahuan, theory of knowledge) yng menyelidiki proses keilmuan kita-kita. Filsafat ilmu Amat penting bagi atau bisa juga dikatakan untuk melihat rancang bangun keilmuan, baik ilmu kealaman, sosial, dan humanities (salah satunya keislaman), sekalian menganalisis konsekuensi masuk akal dari pola pikir yng mendasarinya menjadikan ekses-ekses yng ditimbulkan bisa dipahami dan akhirnya bisa dikontrol sedemikian rupa.
Epistemologi merupakan objek kajian perihal dasar-dasar pengetahuan maupun teori pengetahuan kita-kita. Konsep-konsep ilmu pengetahuan yng berkembang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek praktis yng ditimbulkannya bisa dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yng membentuknya. Ibarat sebuah rumah, filsafat ilmu dan epistemologi merupakan pondasinya, makin kuat pondasi yang telah di sebutkan, makin kuat juga bangaunan rumahnya, tahan uji dan mampu menahan bahaya yng mengancamnya.
Secara etimologis, istilah epistemologi adalah gabungan kata dalam bahasa yunani, yakni episteme dan logos. Episteme pengertiannya pengetahuan, sedangkan logos berguna pengetahuan sistemik. Dengan demikian, epistemologi bisa diartikan menjdai suatu pemikiran mendasar dan sistemik mengenai pengetahuan. Ia adalah satu dari sekian banyaknya cabang filsafat yng membahas perihal terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode ataupun cara mamperoleh pangetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu, epistemologi pun disebut menjdai teori pengetahuan.
Epistemologi pun disebut logika, yakni ilmu perihal pikiran. Logika yng dimaksud di sini merupakan logika mayor dan logika minor. Logika mayor mengkaji perihal pengetahuan, kebenaran, dan kepastian yng percis yang dengannya lingkup epistemologi. Sedangkan logika minor mengkaji struktur berpikir dan dalil-dalilnya, semisal silogisme.
Persoalan utama yng Suka dihadapi oleh epistemologi pengetahuan dasarnya memang merupakan bagaimana memperoleh pengetahuan yng benar yang dengannya memperhatikan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing. Demikian pun yng dihadapi oleh epistemologi keilmuan yaitu bagaimana menyusun pengetahuan yng benar bagi atau bisa juga dikatakan untuk menjawab aneka macam permasalahan dunia empirik yng akan dipakai menjdai alat bagi atau bisa juga dikatakan untuk meramalkan dan mengontrol gejala alam.
Pranarka menyatakan bahwasanya sejarah epistemologi dimulai pada zaman Yunani kuno, disaat orang mulai mempertanyakan secara sadar mengenai pengetahuan dan merasakan bahwasanya pengetahuan adalah faktor yng amat penting yng bisa menentukan hidup dan ke hidup-an kita-kita. Pandangan itu adalah tradisi masayarakat dan kebudayaan Athena.
Vauger menyatakan bahwasanya titik tolak kajian epistemologi merupakan situasi kita, yakni fenomena. kita sadar bahwasanya kita memiliki pengetahuan lalu kita berusaha bagi atau bisa juga dikatakan untuk memahami, menghayati, dan pada saatnya kita Perlu memberikan pengetahuan yang dengannya menerangkan dan mempertanggungjawabkan apakah pengetahuan kita benar dalam arti memiliki isi dan arti ataupun tak. Bertumpu pada situasi pada situasi kita sendiri itulah, sedikitnya kita bisa memperhatikan perbuatan-perbuatan mengetahui yng memicu pengetahuan itu.
Seseorang yng mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman indera akan berbeda cara pembuktiannya yang dengannya seseorang yng bertumpu pada akal ataupun rasio, intuisi, otoritas, keyakinan, dan ataupun wahyu. Atau malah seluruh alat tak dipercayai menjadikan seluruh Perlu diragukan. Keberagaman cara yng ditempuh seseorang dalam mendapatkan pengetahuan ini melahirkan macam-macam peredaran epistemologi.
Proses terjadinya pengetahuan merupakan masalah yng amat penting dalam epistemologi lantaran jawaban terhadap terjadinya pengetahuan akan membuat seseorang paham filsafatnya. Jawaban yng simpel merupakan berfilsafat a priori, yakni ilmu yng terlaksana tanpa melalui pengalaman, baik indera maupun batin, ataupun a posteriori yakni ilmu yng terlaksana lantaran adanya pengalaman. Dengan demikian pengetahuan ini bertumpu pada fakta objektif.
Konsistensi sebuah pemikiran didasarkan pada apakah pemikiran itu dibangun di atas epistemologi ataupun tak. Sejarah sudah memperlihatkan bahwasanya para filosof mempunyai corak pemikiran yng beragam. Dan masing-masing dari orang-orang berani bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperjuangkan pemikiran orang-orang walaupun Perlu berkorban nyawa. Sebab orang-orang menadasarkan pemikiran orang-orang pada sebuah bangunan episremologi yng Amat kuat. Mereka berani bagi atau bisa juga dikatakan untuk berjalan ke utara disaat seluruh kita-kita berjalan ke selatan, berani bagi atau bisa juga dikatakan untuk anti mainstream dan menolak segala bentuk kemapanan.
Bisa kita lihat bagaimana para pemikir besar semisal Gus Dur, Al-Ghazali, Nurcholis Madjid, dan lain-lainnya mempertahankan pemikirannya, meskipun caci, maki, fitnah, malah pembunuhan semisal yng di lakukan terhadap Al-Hallaj tak mampu bagi atau bisa juga dikatakan untuk meruntuhkan dinding besar pemikiran yng orang-orang bangun yang dengannya didasarkan pada epistemologi.
Kalau ada orang yng mempunyai sebuah produk pemikiran, namun disaat ada orang lain yng mengkritisi ataupun menolak pemikirannya yang telah di sebutkan dia tak berani bagi atau bisa juga dikatakan untuk mempertahankan pemikirannya, maka mampu dipastikan bahwasanya pemikiran itu tak dibangun yang dengannya dasar epistemologi dan filsafat ilmu yng kuat. Pemikirannya rapuh dan tak mempunyai power bagi atau bisa juga dikatakan untuk menciptakan sebuah revolusi.
Dengan mengkaji epistemologi, kamu akan mampu membaca realitas yang dengannya baik. Anda akan gampang bagi atau bisa juga dikatakan untuk menganalisis model-model pemikiran dari orang-orang yng ada di sekitar kamu. Baik dalam bidang politik, sosial, agama, dan budaya. Dengan bekal kemampuan yang telah di sebutkan, tentunya kamu pun Perlu menjadi seseorang yng lebih bijak dalam menyikapi perbedaan.
Baik epistemologi maupun filsafat ilmu sama-sama adalah cabang dari filsafat yng secara khusus membahas proses keilmuan kita-kita. Perbedaan dari keduanya (epistemologi dan filsafat ilmu) terdapat atau terletak pada objek material ataupun objek kajiannya saja. Epistemologi menjadikan "pengetahuan" menjdai objek kajiannya, sedangkan filsafat ilmu objek kajiannya merupakan ilmu pengetahuan. Bisa dikatakan bahwasanya epistemologi sebetulnya sudah mendapatkan maknanya yng baru, sekalian mempunyai maknanya yng lebih luas hingga pada garapan filsafat ilmu.
Dalam dunia pendidikan, pemahaman akan filsafat ilmu Amat penting bagi para guru. Mengapa? Sebab yang dengannya pemahaman yng mendalam perihal filsafat ilmu, guru akan mempunyai pengetahuan yng mendalam perihal metode pembelajaran, prinsip pembelajaran, materi pembelajaran, dan komponen pendidikan yng lain. Penguasaan filsafat ilmu pun akan membangun sikap kritis para guru manakala ada kejanggalan yng didapati dalam materi pembelajaran dan problem-problem yng berkaitan yang dengannya prinsip pembelajaran. Guru pun akan memahami secara mendalam teori-teori, konsep, dan basis epistemologis ilmu pendidikan.
Referensi: Mohammad Muslih. 2010. Filsafat Ilmu: Kajian atas asumsi dasar, paradigma dan kerangka teori ilmu pengetahuan. Yogyakarta: Belukar.
Ahmad Mujib Jumat, 04 November 2016 Pendidikan

Source Article and Picture : http://wikipendidikan.blogspot.com/2016/11/pengertian-filsafat-ilmu-dan-epistemologi.html

Seputar Pengertian Filsafat Ilmu dan Epistemologi

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Pengertian Filsafat Ilmu dan Epistemologi