Santri dan Tradisi Bertabayyun

- 06.03

Santri dan Tradisi Bertabayyun

 
Klarifikasi ataupun ber-tabaayun, belakangan ini, tampak mulai terkikis -untuk tak mengatakan sudah hilang percis sekali- dari ke hidup-an umat, utamanya umat Islam. Padahal doktrin agama memerintahkan agar bisa kita ber-tabaayun atas berita, sengketa, dan problem-problem sosial, politik dan keagamaan yng sedang terlaksana. Ketahui Rahasia Kesuksesan Sistem Pendidikan Pesantren
Realitas menunjukan bahwasanya umat cenderung langsung beraksi tanpa klarifikasi berlebi dahulu. Langsung mengambil sikap tanpa berlebi dahulu memadukan pendapat. Keburu melaknat sebelum pernah sempet menggali ayat secara tepat yang dengannya metode yng akurat. Akhirnya berujung pada putusnya silaturahmi tanpa konfirmasi. Atas seluruh itu, saya jadi teringat pernyataan Abdul Qadir Audah, seorang tokoh kenamaan Mesir, bahwasanya "Islam berada diantara kebodohan umatnya dan ketidakmampuan ulama'nya" ...

Umat karebaketerbatasan ilmunya saling memfitnah, mencaci, mengkafirkan, sesat menysatkan menjdai akibat perbedaan penafsiran . Sementara ulamanya telah mulai kedodoran dalam upaya mendamaikan dan memberikan pencerahan terhadap keadaan umat.
Dalam konteks ini, menjadi benar kiranya tesis yng menyatakan bahwasanya "Kemunduran Islam bukan lantaran siapa- siapa, namun lantaran sikap umat Islam sendiri: Walhasil, telah saatnya kita membudayakan kembali budaya santri, yakni budaya klarisikasi (tabaayun) sebelum ber-aksi, berkonsiliasi sebelum be-reaksi yang dengannya caci maki, saling mensomasi dan memberikan petisi tanpa berkomunikasi yang dengannya motif yng suci, mendialogkan pendapat sebelum menghujat.
Penulis: Ustadz Ahmad Syafi'i SJ. dosen tetap IAIN Ponorogo. Ahmad Mujib Kamis, 27 Oktober 2016 Pendidikan

Source Article and Picture : http://wikipendidikan.blogspot.com/2016/10/santri-dan-tradisi-bertabayyun.html

Seputar Santri dan Tradisi Bertabayyun

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Santri dan Tradisi Bertabayyun