Cinta dan Benci Ibarat Gas dan Rem

- 05.46

Cinta dan Benci Ibarat Gas dan Rem

 
Cinta dan benci bagai gas dan rem. Cinta membuat orang mampu bersemangat, sementara benci mengendalikannya agar semangat cinta tak hingga membutakannya. Cinta diharapkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk hingga pada tujuan. Namun, cinta buta membuat tujuan semakin tidak kelihatan. Di sinilah benci diharapkan. Cinta dan benci merupakan dua hal yng saling melengkapi. Namun, cinta dan benci yng sewajarnya. Cinta dan benci yng berlebihan mampu membahayakan diri, mematikan akal dan menimbulkan konflik. Inilah yng kita saksikan akhir-akhir ini.
Cinta dan benci berlebihan pada sosok figur mengantar kita pada permusuhan. Yang ada merupakan aku dan anda, bukan kita lagi. Cinta berlebihan membuat akal dan akal sehat kita mati. Akibatnya, kita menolak apapun yng disampaikam orang atas figur yng kita cintai. Benci berlebihan pun pun membuat akal kita menolak kebaikannya. Apapun yng ia katakan (meski itu baik), akan tetap ditolaknya. Inilah akibat cinta dan benci berlebihan.

Ahli mengatakan, sebagian besar kita-kita Indonesia memiliki kemampuan menalar rendah. Saat berpikir, emosi lebih mengemuka dibandingkan rasio. Ini akibat pendidikan Indonesia yng menekankan hafalan bukan analisis. Sehingga, semakin melanggengkan proses berpikir yang dengannya emosi bukan yang dengannya rasio. Membangun akal itu mampu dimulai dari sejak usia dini. Dalam keluarga mulai diperkenalkan keterbukaan dan saling mampu mendapatkan kritik dan perbedaan. Ini penting mengingat ramai sekali kita melihat, orang alergi pada kritik. Simak Budaya Literasi dan Tradisi Berpikir Kritis
Akibatnya, muncul kebencian yng terlebih disaat ia mendapatkan kritik menjdai ancaman. Bagi saya pribadi, kritik itu pupuk dan pengingat. Ini yng alpa dari para pemimpin kita. Apakah ini pun bentuk kegagalan pendidikan kita? Bisa jadi!. Pendidikan yng cuma mengandalkan hafalan akan melahirkan pemimpin bermental pecundang. Ketika kritik dianggap ancaman, maka akal dan akal sehat itu pun mati. Kecintaan dan kebencian terlebih pada seseorang pun akkhirnya membuat gaduh yng tidak berkesudahan. Akankah negeri ini terus gaduh akibat cinta dan benci yng berlebihan? Ataukah akan berakhir pada kedamaian bagi atau bisa juga dikatakan untuk saling memaafkan. Gunakan cinta dan benci yang dengannya sewajarnya, agar emosi tidak menguasai rasio akal sehat kita. Bagaimana pendapat dari Anda?
Penulis: Abdul Muid Badrun Ahmad Mujib Rabu, 15 Februari 2017 Inspiratif

Source Article and Picture : http://wikipendidikan.blogspot.com/2017/02/cinta-dan-benci.html

Seputar Cinta dan Benci Ibarat Gas dan Rem

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Cinta dan Benci Ibarat Gas dan Rem