Aplikasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren

- 17.57

Aplikasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren

 
Istilah Sorogan pasti tak asing lagi bagi para santri. Secara bahasa, Sorogan berasal dari istilah Jawa sorog yng pengertiannya menyodorkan. Dalam system pembelajaran membaca kitab kuning di pesantren, metode sorogan di lakukan yang dengannya cara santri maju satu persatu bagi atau bisa juga dikatakan untuk membaca serta menguraikan isi kitab ke hadapan seorang ustad ataupun kyai. Metode sorogan melibatkan santri secara individu melalui kegiatan membaca kitab di hadapan ustad ataupun Kyai, lantas ustad ataupun kyai itu simak, memberitahu kesalahan-kesalahannya, serta memberitahu bagaimana yng benar. Dalam hal ini, terlaksana interaksi secara langsung antara pendidik serta peserta didik.
Di pesantren, kemampuan membaca kitab kuning yang dengannya baik serta benar adalah kemampuan yng Perlu dikuasai oleh santri. Pasalnya, kitab kuning adalah bagian dari kurikulum yng menjadi ciri khas di pesantren. Ketika berbicara ihwal makna kurikulum dalam konteks pesantren, pada biasanya yng dimaksud merupakan kitab kuning itu sendiri, menjdai sumber belajar utama para santri.
Karakteristik ataupun ciri-ciri dari metode Sorogan yng dipakai menjdai metode bagi atau bisa juga dikatakan untuk melatih santri membaca kitab kuning di pesantren di antaranya: 1). Lebih menekankan pada proses belajar individual dari santri, 2). Menekankan agar santri lebih aktif, 3). Banyak feedback serta evaluasi dari ustad, 4). Memberi peluang pada santri bagi atau bisa juga dikatakan untuk bisa berkembang sesuai yang dengannya kapasitasnya masing-masing.

Pembelajaran yang dengannya mempergunakan metode Sorogan umumnya dilaksanakan di sebuah ruangan di mana posisi tempat duduk kyai ataupun ustad berhadapan yang dengannya meja kecil serta pendek yng dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk meletakkan kitab bagi santri yng akan Sorogan. Apabila salah seorang santri sedang membacakan kitab (menyorog) di hadapan ustadz ataupun kyai, santri yng lain-lainnya duduk agak jauh sambil mendengarkan apa yng diajarkan oleh kyai ataupun ustad kepada temannya itu sekalian mempersiapkan diri menunggu giliran.
Di samping kemampuan dalam membaca, hal lain yng Perlu diperhatikan merupakan tingkat pemahaman santri terhadap isi kandungan dari materi yng dibaca. Dalam hal ini, metode Sorogan tak sekedar memfokuskan pada kemampuan membaca secara verbal yng berhubungan yang dengannya aspek kebahasaan, akan tetapi pun meliputi makna ataupun kandungan dari bahan bacaan.
Alokasi waktu yng dipakai dalam Sorogan ini tak terbatas secara rigid, akan tetapi bersifat lebih fleksibel. Kyai ataupun ustadz cuma memperkirakan saja berapa batas waktu yng dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk kegiatan pembelajaran. Bila memanglah santri yng akan belajar dalam waktu yng bersamaan jumlahnya cukup tidak sedikit, umumnya kyai ataupun ustadz akan membimbing yang dengannya waktu yng lebih singkat bagi atau bisa juga dikatakan untuk masing-masing santri. Kecuali bagi yng memanglah tingkat pemahaman serta kemampuannya agak lambat.
Dalam proses pelaksanaan Sorogan, sebaiknya diciptakan situasi serta kondisi yng komunikatif serta interaktif antara santri serta kyai ataupun ustadz. Hal ini dimaksudkan agar aktifitas pembelajaran membuahkan hasil yng lebih baik, lantaran santri tak akan segan-segan bertanya andai ada yng belum terperinci ataupun belum dipahami. Namun siapa tau situasi semisal itu masih jarang terlaksana mengingat dalam tradisi pesantren menjunjung tinggi akhlak serta etika dalam belajar yng memposisikan guru menjdai sosok yng Perlu dipatuhi serta dihormati. Bahkan saking tingginya otoritas guru, bertanya pun seakan-akan dianggap menjdai perbuatan su’ul adab kepada guru/kyai. Tapi penggunaan metode Sorogan yng melibatkan santri serta ustad/kyai berhadapan secara langsung, hal yang telah di sebutkan bisa diminimalisir.
Adapun kelebihan-kelebihan dari penggunaan metode sorogan di Pesantren di antaranya adalah menjdai berikut :
  1. Terjalinnya hubungan yng erat serta harmonis antara santri serta kyai.
  2. Kyai bisa secara intens mengawasi, menilai, serta membimbing santri agar kemampuannya membaca serta memahami teks-teks berbahasa Arab berkembang secara maksimal.
  3. Santri memperoleh konfirmasi yng terperinci serta pasti tanpa Perlu ragu ihwal cara membaca serta menginterprestasikan suatu kitab lantaran berhadapan langsung yang dengannya kyai di mana santri bisa menanyakan hal-hal yng belum dipahami secara langsung pada era itu pun.
  4. Kyai mampu mengetahui yang dengannya pasti kualitas kemampuan yng sudah dicapai santri-santrinya.
  5. Metode Sorogan memungkinkan santri yang dengannya cepat bisa menguasai cara membaca kitab yang dengannya baik serta benar.
  6. Santri mampu lebih mengerti serta memahami makna dari isi kitab yng dibacanya.
  7. Santri secara mampu berdiri diatas kaki sendiri mampu menerapkan kaidah-kaidah bahasa Arab dalam kitab-kitab lain selain kitab yng ia pakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk Sorogan karena mempunyai prinsip-prinsip yng percis serta transferable.
  8. Santri mampu menerjemahkan isi kitab yng dibacanya,
  9. Santri lebih serius dalam menelaah materi pelajaran.
  10. Kyai mempunyai peluang bagi atau bisa juga dikatakan untuk memberi pengaruh serta mengontrol santrinya terkait yang dengannya kemajuan belajarnya.
  11. Kyai mempunyai peluang bagi atau bisa juga dikatakan untuk menghafal serta mendata nama-nama santri yng berada di bawah bimbingannya. Hal ini bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendata tingkat aktivitas serta perkembangan kemampuan santri waktu selanjutnya.
Dengan mencermati kelebihan-kelebihan dari penggunaan metode Sorogan di atas, nampaknya tak ada alasan bagi pesantren bagi atau bisa juga dikatakan untuk tak mempergunakannya dalam system pembelajaran bagi atau bisa juga dikatakan untuk para santri. Telah terbukti bahwasanya para alumni dari pesantren mempunyai kemampuan gramatika serta transliterasi bahasa Arab yng baik dibandingkan yang dengannya lembaga pendidikan yng lain-lainnya.
Walau tak bisa disangkal bahwasanya setiap metode pembelajaran mempunyai sisi kelebihan serta kelemahan, salah satunya metode Sorogan sendiri, namun hingga era ini metode Sorogan masih tetap dipakai. Bahkan dalam kondisi-kondisi tertentu, beberapa lembaga pendidikan di luar pesantren pun turut mempergunakannya.
Daftar Pustaka:
  • A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang press, 2008.
  • Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial.
  • Mahmud, Model Pembelajaran & Pesantren. Tangerang: Media Nusantara, 2006.
Ahmad Mujib Rabu, 09 Maret 2016 Pendidikan

Source Article and Picture : http://wikipendidikan.blogspot.com/2016/03/aplikasi-metode-sorogan-dalam-pembelajaran-membaca-kitab-kuning-pesantren.html

Seputar Aplikasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Aplikasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren